Saturday, July 23, 2011

JADILAH GEMBALA DI PADANG TANDUS

This article was written by Anas M.H. and presented on the blog "OPO ANANE REK". We make every effort to work better and we certainly hope to be accepted by readers. Our article themed around anything that inspires us both thinking about; economic, social, political, religion, technology, society, or simply for the brain teasers.
May be useful, this time we wrote with the title:


JADILAH GEMBALA DI PADANG TANDUS
 keywords: economy-society-politics-religion-culture-government
Lahir sebuah kisah tentang dunia yang semakin tua, di saat keringat-keringat mengucur deras disela-sela panasnya otak yang terperas menuntut akan rugi labanya kehidupan, di saat angka waktu yang terus memburu bersama nama hari-hari yang bergantian mengisi simbol kehidupan.
Ketika pijar sang surya bergolak membakar jiwa manusia-manusia perkasa disana, memaksa lari, rebah, bangun dan terkapar di tanah, mengucurkan merah, darah manusia perkasa di bumi persada.
Remuk redam jiwa perkasa,
Mengapa manusia-manusia muda yang hanya tinggal menggoreskan pena, yang hanya membuka dan menutup lembar peristiwa, yang hanya datang dan pulang sekolah, dan yang hanya minta dan menguras kekayaan orang tua, tega memperkosa jiwanya, tega memperbudak batinnya, tega memperburuh orang tuanya dan tidak hanya tega pada yang bisa ditegakan, sekalipun membunuh mesti tega dilakukan.

Wahai manusia-manusia muda, tangan dan kakimu yang perkasa dengan kepala yang terisi penuh rekaman peristiwa dunia, mari berkarya nyata dan tidak hanya mengekor pada revolusi dunia, ingat ini bukan khutbah atau ceramah ilmiah yang banyak dikenal dan dijunjung manusia-manusia

Mari simak wahai manusia-manusia muda, dengarlah berita alam, kau dengarlah di sana ada bencana, dan apakah kau dengar mendungpun berceloteh tentang derap langkah serdadu dan jerit bayi yang histeris mencari tetek ibunya yag mati dan hilang tanpa ada kabar beritanya.

Andaikan kau bisa mendengar, langitpun menangis, mendung menangis, burung-burung menangis, pohon-pepohonan menangis, semua menangis entah apa sebab mereka menangis hanya manusia-manusia yang bisa merasa dan meraba tangisan alam yang makin memilukan.

Di sana dibalik bacaan suci orang-orang berjubah tersimpan makna yang dalam sedalam apa yang paling dalam. Orang-orang berjubah berdo'a untuk manusia-manusia muda, yang kelak diharap menjadi ksatria di hamparan gersang yang penuh dengan perang dan peristiwa pembunuhan.

Wahai manusia-manusia muda, jadilah kau gembala-gembala di padang tandus yang menghamparkan 1001 kegersangan, dan peganglah dua tali, satu di kanan dan satu lagi di kiri dengan seruling yang melantunkan syair pemikat hati, meski air dan rumput terlalu sulit untuk kau temukan, namun tangan kakimu masih perkasa untuk mengayunkan parang menembus dimensi kehidupan.

Wahai manusia-manusia muda, jadilah gembala-gembala yang sejati, jangan pula kau biarkan gembalaanmu makan dan minum di ladang orang, dan jangan pula kau hanya duduk di bawah pohon sementara yang kau gembalakan bingung kemana harus berjalan.

Gembala-gembala di hamparan gersang, gembalakan semua yang mampu kau gembalakan jangan hanya karena rasa cinta semua jadi terlantar, biar namamu diagungkan di buku dunia meski bukan itu yang kau inginkan.

Gembala-gembala di hamparan gersang, kaulah surya di siang hari dan kaulah bulan di malam hari, hidupmu bersama hidupnya alam di pelosok negeri, tidurmu adalah tidurnya para bidadari, pengabdianmu tidak terukurkan oleh alat industri canggih, bangunmu bersama seruan suci yang menggema diujung pagi.

Gembala-gembala di hamparan gersang semoga menjadi pelita di kegersangan malam dan bercerita tentang makna hidup dan kehidupan

Kini hanya tinggal manusia-manusia muda yang masih tertinggal, yang belum pasti arah hidupnya yang kadang terayu racun dunia hingga tergeletak dan tersungkur dalam bui dunia.

dengan seribu satu antara benar dan salah, manusia-manusia berdo'a membasuh hatinya yang penuh dosa, namun ada pula yang mati tanpa kebajikan dan lencana binttang kafir di sandang dalm kuburannya



Thank you for your attention and visits, we hope the suggestions and criticisms the reader if it pleased.


keywords: economy-society-politics-religion-culture-government

3 comments:

Anonymous said...

Mulia propesimu hai gembala, walau kau hanya berbekal tongkat tua,pakaian camping apa adanya tanpa emblem menempel, juga alas kaki yang prasahaja seperti itu adanya. Dihadapanmu ada kaki-kaki mungil yang harus kau giring, ada mulut mengembik yang harus kau carikan rumput hijau, banyak sosok tubuh yang harus kau bawa ke belik air yang bening dan segar.
Dimana posisimu hai gembala? Engkau ada ditempat yang strategis,engkau sebagai penentu kemana tongkat itu akan kau arahkan. Banyak propesi dan pekerjaan banyak yang mau menggantikan, tetapi propesimu wahai gembala... sedikit bahkan jarang orang melirik propesimu.

Anonymous said...

Wahai kaum muda jadilah kamu pribadimu apa adanya (baca: opo anane),gak perlu kamu pake wajah orang lain, gak perlu kamu pake topeng keren tapi wajah palsu, gak perlu kau tutup-tutupi dari mukamu. Mandirilah kamu bersama fitrah yang ada pada dirimu yaitu nikmat (baca:anugerah)dari Tuhanmu.Kenakanlah dirimu apa adanya, itu yang terindah anugerah sang Khalik yang harus kamu syukuri. Jangan malu, jangan takut, jangan gengsi dan jangan menipu dirimu sendiri.
Dimana letak kekuatanmu wahai kamu kawula muda? Potensi besar ada pada dirimu,kreativitas besar ada padamu, terbentang luas cakrawala mulia menempel pada dirimu.
Yook kawula muda,... bangkitlah. (saya: sahatmu wong Banyumas).

Anonymous said...

Weleh-weleh.... ya gitulah rek hati orang jadi gembala.....
Makanya yook bareng-bareng aja, kabeh wae ngono lho?.....
Nyook ngono kuwi lho mbah kakung berpesan:
- Gembalakanlah dirimu sendiri dan jangan kamu berjiwa
iri pada orang lain.
- Belajarlah kamu memimpin dirimu sendiri dengan bakat
alami yaitu keteguhan jati dirimu yang mulia.
- Peganglah kuat-kuat tongkat kepribadianmu untuk meng
giring imanmu kepada masa depanmu.
- Padang tandus dan gersang, itu ujian dan harga yang
harus kamu bayar jika mau sukses.
Semoga bermanfaat. (Wong jombang melok ngoceh).

Post a Comment

KOMENTAR MELALUI AKUN FACEBOOK

Kami sangat berharap dan berterimakasih banyak bilamana para PEMBACA berkenan memberikan kritik dan Sarannya melalui akun Facebook di bawah ini: